Minggu, 31 Juli 2016

Teruntuk My Secret Caffein

Dear the one and only=)

Hai kafein, apa kabar kamu? Baik baik saja kan? Semoga selalu dalam lindungan tuhan.
Ini kali pertama aku buat surat untuk kamu. Aku tahu mungkin terlalu klise and cheesy tapi aku dengan segenap hati dan raga memberanikan nulis surat ini..
Kamu mungkin gak tau kalau aku ada dan aku selalu memperhatikan setiap gerak gerikmu. Bukan. Jangan katakan aku seorang penguntit, penguntit terlalu berlebihan menurutku. Aku hanya penggemarmu. Ya, penggemar. Hanya penggemar. Entah ini salah atau enggak--emang salah sih-- aku sempat menaruh rasa terhadapmu. Mungkin sampai saat ini masih.

Aku terlalu takut buat bilang rasa ini ke kamu, bukan karena apa. Tapi aku takut hubungan kita akan semakin menjauh dan berantakan. Mungkin kamu mengenaliku karena kita sering berpapasan muka dikoridor kelas, saling melempar senyum dan memberi anggukan kepala sebagai sapaan, tapi itu semua gak menjamin apa yang bakal terjadi selanjutnya. Umm, berbelit belit banget kan? Serius, aku gak tau musti ngomong apa dan mulai darimana. Aku hanya ingin kamu tau kalau aku ada. Selalu memperhatikanmu, menanyakan kabarmu, memikirkan apa yang engkau lakukan, bertanya apa hobimu, warna favoritmu, makanan kesukaanmu, apa yang kamu benci, siapa teman dekatmu, dan pada siapa kamu menaruh hati.

Aku selalu suka memandangi warna coklat matamu, yang begitu tenang dan mampu menyimpan berjuta perasaan yang tak mampu aku terka. Terlalu dalam dan menghanyutkan. Dan engkau, si pemilik mata coklat mampu menyimpan itu semua dengan baik. Hanya kabut yang terdapat disana. Begitu pekat dan dingin. Namun mampu membuatku terpaku, mencoba menguraikan kabut dan selalu gagal. Mata coklat yang sesekali berkedip menghalau sinar matahari. Selalu memandang segala sesuatu dengan serius. Aku jatuh cinta pada mata coklatmu. Dan aku jatuh cinta pada pemilik mata coklat, juga.

Gerak gerikmu selalu menarik perhatianku. Yang terkadang membuatku heran. Aku jatuh cinta padamu. Aku ingat setelah pertemuan pertama kita--lebih tepatnya aku-- di lorong depan sekolah. Duduk berdampingan menunggu hujan reda. Saat yang mencekam karena entah mengapa ketika kau menatapku saat itu tubuhku bereaksi berlebihan. Jantung memompa darah lebih cepat, gugup dan...takut. Takut aku akan jatuh pada pesonamu. Dan hal terakhir tak dapat aku hindari lagi.

Kita tertawa, berbicara dan saling melempar senyum satu sama lain. Menghabiskan waktu dengan bergandengan tangan sambil menikmati angin lalu. Dan aku masih sama, selalu terpesona oleh setiap tindakanmu. Aku berharap malam ini tidak akan berakhir. Memohon agar sang waktu berhenti untuk sesaat. Menikmati kebersamaan ini yang hanya mimpi. Hanya imjinasiku belaka. Imajinasi yang mampu menyadarkanku bahwa, engaku sulit digapai dan diraih.

Semerbak wangi kopi dan roti yang menguar membuatku selalu tenang. Kopi pertama pagi itu. Hangat. Dengan aroma khas yang menguar, pekat bercampur wangi manis yang menenangkan. Menyesap rasa manis krim, yang kemudian beganti dengan rasa pahit dari kopi yang kental. Pandanganku seketika beralih menatapmu yang saat itu duduk didekat jendela, membiarkan wajahmu terkena sinar matahari. Aku sedikit mengernyit dengan rasa kafein yang menghangatkan tenggorokan. Aku terpaku dan tidak berkedip memandang ciptaan tuhan yang sangat sempurna didepanku. Berjarak tiga meja didepanku. Dan aku seakan kehilangan kendali diri, lupa bagaimana cara bernafas, saat kamu memutar kepala. Mengalihkan pandanganmu dari luar jendela ke mataku. Menatapku dengan kening berkerut. Namun, hal itu tidak berlangsung lama.
Sejak saat itu aku bersemangat bangun pagi pada hari minggu, demi menyesap kopi dan memandangmu. Bertemu denganmu.

Sudah satu bulan ini aku tidak pernah melihatmu di kafe itu. Dan dua minggu sudah aku tidak berpapasan lagi denganmu di koridor kelas. Keberadaanmu menghilang yang menyebabkan perasaan lain tumbuh dibenakku terhadapmu. Khawatir dan cemas, akan keadaanmu. Berbagai pikiran buruk menyerangku. Dan aku memberanikan diri bertanya keadaanmu kepada temanmu. Apa yang dikatakannya membuatku tidak enak. Apa kamu menyadari keberadaanku? Apa kamu sengaja menghindar? Apa ada sesuatu yang mengganggumu? Dan aku harap semua pertanyaan itu salah.

aku mengirim surat ini padamu. Menitipkan lembaran yang menurutku cukup berarti kepada tukang pos dan aku mengirim ini ke emailmu, juga. Setidaknya jika kamu tidak menerima surat dalam bentuk kertas, ada surat elektronik yang harus kamu baca. Aku disini, masih menunggumu.. Aku ingin menyapamu. Setidaknya satu kali. Kamu tidak berpikir untuk pergi dari sini kan? Jawaban temanmu masih meninmbulkan berbagai pertanyaan di benakku. Dan aku berharap menemukan jawabannya.

Kau adalah suatu hal yang berefek sama seperti kopi. Kafein harian yang membuatku kecanduan.

Sencerly,
Your secret admirer -KR

0 comments:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Diberdayakan oleh Blogger.